Berita Terkini, Health

Makanan dan Zoonosis: Menggali Ancaman Penyakit dari Sumber Pangan Kita

 

Dalam  beberapa  tahun  terakhir  muncul  penyakit  zoonosis  yang  menyebabkan  kematian  pada manusia.   Penyakit   ini   menular   secara   alamiah   dari   hewan   ke   manusia dan sebaliknya. Sebagai upaya untuk   mengantisipasi merebaknya  wabah  zoonosis  diperlukan  pemahaman  secara  menyeluruh  mengenai  penyakit  atau infeksi  tersebut.  Salah  satu  upaya  untuk  mencegah  penularan  penyakit  zoonosis  adalah  dengan meningkatkan pengetahuan,   kesadaran,   dan   kepedulian   masyarakat   terhadap   penyakit- penyakit zoonosis strategis melalui sosialisasi.

Keterkaitan antara zoonosis dan makanan menjadi potensi sumber penularan penyakit ini sangatlah signifikan. Banyak zoonosis seperti salmonellosis, campylobacteriosis, dan infeksi E. coli dapat disebarkan melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi oleh kotoran hewan atau produk hewan yang tidak terolah dengan baik. Selama  ini  banyak  yang  belum  mengetahui  bahwa  suatu  bahan  produk  asal  hewan yang dikonsumsi masyarakat mutu pangan asal hewan harus memperhatikan asas aman,sehat, utuh dan halal (ASUH), yaitu :

  • Aman, yaitu pangan asal hewan tidak mengandung bahaya biologis, kuman dan fisik yang dapat menyebabkan penyakit.
  • Sehat, yaitu pangan asal hewan mengandung pengertian bahwa pangan harus memiliki unsur – unsur  yang  seimbang  (protein,karbohidrat  lemak,mineral,  vitamin)  yang  dibutuhkan dan berguna bagi kesehatan serta pertumbuhan tubuh manusia terutama pada anak anak usia berkembang.
  • Utuh,  yaitu pangan asal hewan tidak  bercampur  dengan  bagian  lain  dari  hewan  dan sesuai dengan deskripsi yang ada pada produk.
  • Halal, yaitu pangan asal hewan merujuk  pada  suatu  kondisi  pangan  asal  hewan  yang  telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat islam.

Beberapa Jenis pangan asal hewan yang memiliki potensi menjadi sumber penularan zoonosis, antara lain :

1. Daging

Bahan pangan asal hewan seperti daging merupakan bahan pangan yang bersifat mudah rusak (perishable food), hal ini disebabkan karena daging mengandung unsur zat gizi yang cukup baik untuk pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri sehingga akan berdampak terhadap daya simpan maupun kualitas produk akhirnya.

2. Telur

Telur mentah atau setengah matang juga dapat mengandung bakteri seperti Salmonella, yang dapat menyebabkan keracunan makanan jika tidak dimasak dengan sempurna

3. Susu

Susu jika tidak dipasteurisasi dengan benar, dapat menjadi media yang baik bagi bakteri, virus, dan parasit penyebab penyakit seperti brucellosis, listeriosis, dan campylobacteriosis untuk bertahan dan menular kepada manusia melalui konsumsi.

Bakteri patogen yang umumnya ditemukan di Indonesia, antara lain :

Salmonella sp.

Sumber daging ayam dan proses produksi yang tidak benar menjadi salah satu faktor risiko terpaparnya produk asal hewan ini oleh bakteri patogen seperti Salmonella sp. Kontaminasi ini dikenal dengan nama foodborne disease. Keberadaan bakteri patogen pada pangan dapat mengganggu kesehatan konsumen, Salmonella sp. menyebabkan salmonellosis. Secara global kejadian infeksi patogen Salmonella sp. telah menimbulkan jutaan kasus yang terjadi setiap tahun, baik pada manusia maupun hewan. Insiden tahunan kejadian salmonellosis pada manusia di dunia diperkirakan 93,8 juta kasus. Berdasarkan laporan European Food Safety Authority dan European Centre for Disease Prevention and Control selama rentan waktu tahun 2004-2015 infeksi Salmonella sp. tertinggi bersumber dari daging ayam dan produk olahannya, serta infeksi Salmonella sp. pada manusia umumnya dikaitkan dengan konsumsi makanan yang terkontaminasi asal hewan.

Salmonella sp. merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan makanan yang umum ditemukan pada produk-produk hewani seperti daging, telur, dan produk susu yang terkontaminasi. Penularannya terjadi melalui konsumsi makanan yang tidak dimasak dengan sempurna atau terkontaminasi oleh kotoran hewan yang terinfeksi.

Gejala keracunan salmonella meliputi mual, muntah, diare, demam, dan nyeri perut, dan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu. Pencegahan terhadap Salmonella antara lain praktik sanitasi yang baik di tempat produksi dan pengolahan makanan, termasuk pasteurisasi susu, memasak daging hingga suhu yang aman, dan memastikan telur dimasak dengan sempurna.

Campylobacter

Campylobacter merupakan bakteri Gram negatif yang hidup di dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas. Bakteri ini dapat dijumpai dalam makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran hewan selama proses pengolahan makanan. Campylobacter menyebabkan infeksi akut pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan diare, mual, muntah nyeri perut dan demam. C. jejuni dan C. coli yang mendominasi penularan penyakit melalui makanan hasil produk peternakan yang tidak dimasak dengan bersih dan matang. Pencegahan infeksi Campylobacter yaitu dengan memasak daging ayam hingga suhu yang aman, memisahkan alat-alat dan permukaan yang digunakan untuk mengolah produk unggas dari produk makanan lainnya, serta mencuci tangan dengan bersih setelah menangani produk unggas atau kotoran hewan.

E. coli

E.coli adalah bakteri yang sering menjadi penyebab keracunan makanan. Penularannya terjadi melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi atau melalui kontak dengan feses hewan yang terinfeksi. Gejala infeksi E. coli meliputi diare berdarah, kram perut, mual, dan demam, yang dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti sindrom hemolitik uremik (HUS) pada kasus yang parah.

Kontaminasi bakteri E. coli pada daging adalah indikator adanya sanitasi yang buruk dalam hal pengelolaan makanan. Bakteri tersebut dapat menimbulkan perubahan yang terjadi pada daging seperti timbulnya bau dan lendir. Higiene yang terkait dengan pengolahan daging dan perlakukan daging sangat penting karena kontaminasi bakteri E. coli berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah berasal dari air yang digunakan. Kondisi pasar juga mempermudah terjadinya kontaminasi bakteri E. coli. Pasar dengan segala aktivitas yang terjadi di dalam serta lingkungannya dapat memungkinkan terjadinya potensi kontaminasi silang (cross contamination) pada produk-produk makanan, baik yang berasal dari industri skala rumah tangga ataupun industri besar yang memanfaatkan daging ayam sebagai bahan dasar untuk produknya telah tercemar.

Pencegahan infeksi Salmonella sp., Campylobacter dan E.coli

Daging, telur dan susu merupakan produk hewani yang rentan menjadi sumber penularan zoonosis jika tidak diolah atau disimpan dengan baik. Penting untuk memastikan bahwa produk-produk hewani tersebut diolah dan disimpan dengan benar sesuai dengan panduan keamanan pangan yang telah ditetapkan. Memasak daging hingga suhu yang aman, memastikan telur matang sempurna sebelum dikonsumsi, dan memilih susu yang telah dipasteurisasi adalah langkah-langkah yang dapat mengurangi risiko penularan zoonosis melalui makanan. Selain itu, kebersihan lingkungan tempat produksi dan pengolahan produk hewani juga memainkan peran penting dalam mencegah kontaminasi dan penyebaran penyakit.

Pencegahan infeksi Salmonella sp., Campylobacter dan E.coli juga dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan bersih sebelum menangani makanan. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko penularan Salmonella sp., Campylobacter dan E.coli, melalui makanan dapat dikurangi, sehingga membantu menjaga kesehatan masyarakat.

Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki peran yang penting dalam mendorong praktik pertanian dan peternakan yang berkelanjutan serta aman dari segi kesehatan, dengan fokus pada pencegahan penyakit zoonosis yang berasal dari bahan pangan. Salah satu strategi utama yang diterapkan adalah pembentukan dan penegakan regulasi yang ketat terkait sanitasi dan kebersihan di seluruh rantai pasokan pangan hewan, mulai dari produksi hingga distribusi. Regulasi ini mencakup standar sanitasi untuk instalasi peternakan, penggunaan yang bijaksana dan pengelolaan limbah, serta pemantauan kesehatan hewan yang ketat. Pemerintah juga memfasilitasi pelatihan dan sertifikasi bagi petani dan peternak untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang praktik-praktik yang aman dan berkelanjutan.

Selain regulasi, pemerintah juga memberikan insentif dan dukungan finansial kepada para pelaku usaha pertanian dan peternakan yang mengadopsi praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan dan berorientasi pada kesejahteraan hewan. Ini termasuk promosi pertanian organik, penggunaan pupuk dan pestisida alami, serta metode pemeliharaan hewan yang lebih etis. Program-program ini bertujuan untuk mendorong transisi menuju sistem pertanian yang lebih berkelanjutan secara ekologis dan ekonomis, sambil meminimalkan risiko terhadap kesehatan manusia dan hewan.

Selain itu, pemerintah juga aktif dalam mendukung riset dan inovasi di bidang pertanian dan peternakan yang berkelanjutan. Ini meliputi investasi dalam teknologi baru untuk pemantauan kesehatan hewan, pengembangan vaksin yang lebih efektif, dan peningkatan metode pengolahan pangan yang aman dan ramah lingkungan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta, upaya ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi pangan hewan sambil mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Referensi : 

  • Anggraini,  D.  A.,  Fahmi,  N.  F.,  Mawli,  R.  E.  .,  Widyananda,  C.  S.  .,  &  Hakiki,  M.  S.  .  (2023).Identifikasi  Taenia  Saginata  Pada  Infeksi  Sapi  Madura  Dengan  Metode  Pengapungan  Nacl  Dusun Pejaten  Keleyan  Socah  Pencegahan  Zoonosis.  Jurnal  Ilmu  Kesehatan  Bhakti  Husada:  Health Science Journal, 14(1)S, 169-171.
  • Fatmawati, Mira, dkk. Kesehatan Susu, Telur, Daging dan Lingkungan. UB Press, 2020.
  • Lye, Y. L., Afsah-Hejri, L., Chang, W. S., Loo, Y. Y., Puspanadan, S., Kuan, C. H., Goh, S. G., Shahril, N., Rukayadi, Y., Khatib, A., John, Y. H. T., Nishibuchi, M., Nakaguchi, Y., & Son, R. (2013). Risk of Escherichia coli O157:H7 transmission linked to the consumption of raw milk. International Food Research Journal, 20(2), 1001-1005.
  • Suharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
  • Wieczorek, K and Osek, J. 2013. Antimicrobial resistance mechanisms among Campylobacter Kinga Wieczorek. BioMed Research International. vol 10(1): 9141. doi: https://doi.org/10.1155/2013/340605.
  • Zakki, G. (2015). Pengetahuan Dan Perilaku Preventif Terhadap Bakteri E. coli Pada Masyarakat Kecamatan Gondomanan  di Kota Yogyakarta [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
  • Zelpina E, Walyani S, Niasono AB, Hidayati F. Dampak infeksi Salmonella sp. dalam daging ayam dan produknya terhadap kesehatan masyarakat. J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2020;6(1): 25-34.

 

About the author

Related Posts

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.