Berita Terkini, Health

Pentingnya Standar Keselamatan dan Etika di Laboratorium

 

Salah satu tempat kerja yang memiliki potensi bahaya tinggi adalah laboratorium. Laboratorium merupakan sarana yang sangat penting pada lingkungan sekolah, perguruan tinggi, fasilitas kesehatan, fasilitas riset dan fasilitas produksi berkaitan dengan bahan biologi. Bekerja di laboratorium tidak boleh bertindak ceroboh dalam memperlakukan dan mempergunakan peralatan dan bahan-bahan yang ada agar dapat  mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan di laboratorium. Potensi bahaya yang dapat terjadi pada laboratorium antara lain, bahaya kebakaran, keracunan, jatuh/terpeleset, tertusuk benda tajam, terinfeksi patogen, kerusakan alat dan lainnya.

Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang dapat berpotensi menimbulkan cedera atau penyakit atau kombinasi keduanya. Bekerja di laboratorium mengandung bahaya berupa kecelakaan. Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium berupa kebakaran, kesakitan, kematian dan kerugian akibat kecelakaan ataupun kerusakan peralatan laboratorium. Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja, pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.

Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

  1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
  2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir;
  3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

Jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah :

  1. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alkohol, etil eter, dll.
  2. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
  3. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
  4. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
  5. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
  6. Sengatan listrik.

Menilai Bahaya Fisik

Bahaya merupakan sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan sesuatu pekerjaan, tempat dan posisi atau kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerusakan harta benda. Penyakit akibat kerja, cedera, cacat sementara dan permanen. Maupun kematian Salah satu jenis bahaya yang dapat dijumpai di laboratorium adalah bahaya fisik. Bahaya fisik meliputi keadaan infrastruktur, ketinggian , suhu, kelembaban, tekanan, cahaya, listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan ventilasi Penggunaan mesin, alat kerja, material dan proses produksi telah menjadi sumber bahaya yang dapat mencelakakan. Hal yang terpenting adalah bukan lari dari bahaya yang akan terjadi, tetapi bagaimana mengelola bahaya yang ada sehingga peluang terjadi atau akibat yang ditimbulkan tidak besar.

Lima Pencegahan Bahaya Fisik di laboratorium :

  1. Pencegahan Kebakaran: Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik
  2. Pencegahan bahaya listrik :
    •  Instalasi listrik dipasang sesuai dengan ketentuan untuk laboratorium
    • Sistem kabel interior mempunyai arde (konduktor yang ditanam) dan kondisi kabel dalam keadaan baik.
    • Panel pemutus aliran listrik ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau dan tombolnya diberi tanda yang mudah dikenali.
  3.  Pemeliharaan sanitasi lingkungan:
    • Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis.
    • Tersedia tempat sampah yang bagian dalamnya dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda warnanya untuk tiap jenis sampah.
    • Tersedia tempat khusus untuk makan dan minum bagi petugas Laboratorium.
  4. Tersedia pakaian pelindung diri dan digunakan bila diperlukan.
  5. Penyimpanan cairan mudah terbakar :
    • Wadah Cairan terbuat dari bahan tahan api
    • Lemari atau rak penyimpanan terbuat dari bahan yang kuat dan diberi label yang tidak mudah terbakar.
    • Ruang penyimpanan dilengkapi dengan ventilasi yang baik.

Menilai Bahaya Hayati (Biologis)

Bahaya hayati merupakan hal yang perlu diperhatikan di laboratorium yang menangani mikroorganisme atau zat-zat yang terkontaminasi mikroorganisme. Bahaya ini biasanya muncul di laboratorium penelitian klinis, penyakit menular, penelitian kimia, dan tidak menutup kemungkinan muncul di laboratorium mikrobiologi, mungkin juga muncul di laboratorium lain. Penilaian risiko bahaya hayati perlu mempertimbangkan sejumlah faktor antara lain organisme yang dimanipulasi, perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut, dan kegiatan yang akan dilakukan dengan organisme tersebut.

Penilaian risiko bahaya hayati diantaranya: organisme yang dimanipulasi, perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut. Penilaian risiko bahaya hayati berbahaya perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti :

  1. organisme yang dimanipulasi
  2. perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut
  3. aktivitas yang akan dilakukan dengan organisme tersebut.

Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata “personal” pada kata PPE tersebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu melindungi pemakainya. APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan.

Berikut ini adalah Peralatan pelindung diri standar yang digunakan di laboratorium sesuai dengan kebutuhannya :

  1. Jas laboratorium : Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan dari percikan bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada dua yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium biologi dan hewan, sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.
  1. Kacamata keselamatan : Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang yang bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, harus digunakan kacamata khusus yang tahan terhadap potensi bahaya kimia dan panas. Kaca mata tersebut terbagi menjadi 2 jenis, yaitu clear safety glasses dan clear safety goggles. Clear safety glasses merupakan kacamata keselamatan biasa yang digunakan untuk melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu. Sementara itu, clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya.
  1. Sepatu : Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika bekerja di laboratorium. Karena keduanya tidak bisa melindungi kaki ketika larutan atau bahan kimia yang tumpah. Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung. Namun, di laboratorium perusahaan besar, sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu. Selain itu, terkadang disediakan juga plastik alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium jika sepatu tersebut digunakan untuk keluar dari laboratorium.
  1. Pelindung muka : Seperti namanya, pelindung muka (face shield) digunakan untuk melindungi muka dari panas, api, dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat laboratorium yang dipanaskan di tanur suhu tinggi, melebur sampel tanah di alat peleburan skala laboratorium, dan mengambil peralatan yang dipanaskan dengan autoclave.
  1. Masker gas : Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa mengeluarkan gas berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat cocok digunakan sehingga gas berbahaya tersebut tidak terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa masker gas biasa yang terbuat dari kain dan masker gas khusus yang dilengkapi material penghisap gas. Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan umum, misalnya membuat larutan standar. Sementara itu, masker gas khusus digunakan saat menggunakan larutan atau bahan kimia yang memiliki gas berbahaya, misalnya asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfida.
  1. Sarung tangan : Sarung tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan kimia yang bisa membuat kulit gatal atau melepuh. Macam-macam sarung tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprena. Terkait sarung tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang dilengkapi dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat dari tepung kanji dan berfungsi untuk melumasi kaos tangan agar mudah digunakan.
  2. Pelindung telinga : Alat pelindung diri yang terakhir adalah pelindung telinga. Alat ini lazim digunakan untuk melindungi telinga dari bising yang dikeluarkan peralatan tertentu, misalnya autoclave, penghalus sample tanah (crusher), sonikator, dan pencuci alat-alat gelas yang menggunakan ultrasonik.

Alat pelindung diri pada laboratorium Biosafety Level (BSL) disesuaikan dengan tingkat BSL. Semakin tinggi tingkat BSL maka semakin tinggi juga tingkat keamanan untuk staf laboratorium dan lingkungannya. Berikut perbedaan perlengkapan keamanan dalam setiap laboratorium BSL :

Grup Risiko BSL Tipe Laboratorium Praktik Laboratorium Perlengkapan Keamanan
1 Basic, BSL 1 Pelatihan, penelitian GMT (Good Microbiological Technique)
2 Basic, BSL 2 Pelayanan kesehatan, diagnosis, penelitian GMT + pakaian pelindung, tanda biohazard BSC untuk potensial aerosol
3 Containment, BSL 3 Diagnosis khusus, penelitian Level 2 + pakaian khusus, akses terbatas, directional air flow BSC + / primary devices for all activities 
4 Maximum Containment, BSL 4        Unit patogen berbahaya Level 3 + airlock entry, shower exit, special waste disposal Class III BSC +++++

Alat Pelindung Diri (APD) untuk Laboratorium Biosafety Level 3. Baju perlindungan harus bersifat solid-front gowns, penutup kepala dan penutup sepatu. Sarung tangan dengan 2 lapis. head covers, and shoe covers. Gloves are double-layered. Masker serta kacamata harus digunakan (sumber: Labster Theory, 2018).

Keselamatan di laboratorium bukanlah pilihan tetapi keharusan. Banyak bahan/Agen, zat  berbahaya, alat berbahaya, dan prosedur eksperimental yang digunakan di laboratorium dapat menyebabkan cedera serius jika tidak diurus dengan benar. Oleh karena itu, setiap laboratorium harus memiliki standar keselamatan yang ketat yang diikuti oleh semua anggota :

  1. Alat Pelindung Diri (APD) : Menggunakan APD seperti sarung tangan, kacamata pelindung, jas lab, dan sepatu khusus adalah langkah penting dalam melindungi diri dari bahaya potensial.
  1. Pengelolaan Bahan : Penanganan, penyimpanan, dan pembuangan harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar dan dengan mematuhi aturan yang berlaku.
  1. Inspeksi Rutin : Pemeriksaan berkala terhadap peralatan laboratorium dan fasilitas keselamatan harus dilakukan untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik.
  2. Pelatihan Keselamatan : Semua anggota tim laboratorium harus menjalani pelatihan keselamatan reguler dan memahami prosedur evakuasi darurat.

Penting untuk diingat bahwa keselamatan dan etika di laboratorium tidak hanya mempengaruhi ilmuwan dan peneliti di dalamnya. Hasil penelitian laboratorium dapat memiliki dampak besar pada masyarakat secara keseluruhan. Ketika standar keselamatan dan etika diterapkan dengan benar, ini membantu untuk :

  1. Mencegah Risiko Kesehatan Masyarakat: Keselamatan yang baik menghindari potensi risiko pencemaran lingkungan atau dampak negatif pada kesehatan manusia.
  2. Menghasilkan Penemuan yang Lebih Kredibel: Etika yang kuat dalam penelitian meningkatkan kepercayaan publik terhadap hasil penelitian.
  3. Mendorong Inovasi yang Berkelanjutan: Laboratorium yang aman dan etis memberikan landasan yang kuat untuk inovasi berkelanjutan dan perkembangan teknologi.

Tantangan terbaru dalam menjaga keselamatan di laboratorium telah semakin kompleks seiring dengan kemajuan teknologi dan risiko biosecurity yang berkembang. Salah satu tantangan utama adalah penggunaan teknologi baru dalam penelitian dan eksperimen laboratorium. Meskipun teknologi tersebut memberikan kemajuan besar dalam pengetahuan ilmiah, mereka juga membawa risiko baru. Misalnya, penggunaan robotika dan kecerdasan buatan dalam eksperimen laboratorium dapat menyebabkan potensi kegagalan teknis yang dapat membahayakan keselamatan staf laboratorium.

Selain itu, risiko biosecurity juga menjadi isu yang semakin mendesak. Kejadian seperti insiden kebocoran bahan biologi berbahaya atau penyalahgunaan agen patogen untuk tujuan yang negatif menjadi perhatian utama. Laboratorium yang bekerja dengan organisme berpotensi mematikan harus mematuhi protokol ketat untuk mencegah kebocoran atau akses yang tidak sah. Hal ini mencakup peningkatan pengawasan akses fisik ke fasilitas laboratorium dan penguatan langkah-langkah keamanan data untuk melindungi informasi sensitif tentang agen biologis.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, laboratorium harus terus menerapkan praktik-praktik terbaik dalam manajemen risiko dan keselamatan. Ini termasuk pelatihan staf, pemantauan teknologi baru, perencanaan keadaan darurat, dan kolaborasi dengan lembaga-lembaga yang berwenang untuk memastikan bahwa laboratorium beroperasi sesuai dengan standar tertinggi dalam hal keselamatan dan biosecurity.

Keselamatan di laboratorium adalah prioritas utama dalam penelitian ilmiah, dan menjaga keselamatan ini tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan risiko yang terus berkembang merupakan tugas yang sangat penting.

Untuk mengatasi tantangan keamanan laboratorium yang semakin kompleks, ada beberapa solusi yang dapat diterapkan.

  1. Perlu ditingkatkan lagi pelatihan dan kesadaran staf laboratorium tentang prinsip-prinsip keamanan. Ini melibatkan pelatihan reguler dalam manajemen risiko, penanganan bahan berbahaya, dan tindakan keamanan darurat. Staf laboratorium juga harus memiliki pemahaman yang kuat tentang protokol dan prosedur yang berlaku dalam laboratorium.
  2. Penggunaan teknologi canggih untuk meningkatkan keamanan laboratorium dapat menjadi solusi. Misalnya, penggunaan sistem pengawasan video yang canggih dan teknologi kecerdasan buatan untuk mendeteksi perubahan tak terduga dalam lingkungan laboratorium dapat membantu mencegah insiden keamanan. Selain itu, perangkat lunak dan sistem keamanan informasi yang kuat harus digunakan untuk melindungi data sensitif dan mengawasi akses yang tidak sah.
  3. Kolaborasi dan kemitraan dengan lembaga-lembaga keamanan nasional dan internasional merupakan komponen penting dalam menjaga keamanan laboratorium. Ini dapat membantu dalam pertukaran informasi tentang ancaman potensial, serta menyediakan panduan dan pedoman terkini dalam hal keamanan laboratorium.

Regulasi yang ketat dan penegakan hukum yang tegas harus diterapkan untuk memastikan bahwa laboratorium mematuhi standar keamanan yang ada. Sanksi yang tegas bagi pelanggaran keamanan harus diimplementasikan untuk memberikan insentif kepada laboratorium untuk memprioritaskan keamanan. Dengan menerapkan solusi-solusi ini kita dapat meningkatkan keamanan laboratorium dan menjaga keselamatan staf laboratorium serta mencegah potensi insiden yang dapat berdampak negatif pada lingkungan dan masyarakat lebih luas.

Daftar Pustaka :

  • Kenali Bahaya Ketika Kerja di Laboratorium, UNAIR News 2019
  • Pengelolaan Laboratorium, Sulistyani Puteri Ramadhani, 2020
  • IPTEK Journal of Proceedings Series No. (4) (2019), ISSN (2354-6026)
  • Andri Setiawan, Instrumentation & Biomolecular Technique, Biosafety Biosecurity Risk Assessment, 2018
  • IB Amertha Putra Manuaba, Prosedur Penggunaan Alat Perlindungan Diri Biosafety Level 1 dan Level 2, Directory of Open Access Journals, 2016
  • Popi Hadi Wisnuwardhani, BIOSAFETY LABORATORY PRACTICES : PEDOMAN UMUM KESELAMATAN KERJA PADA LABORATORIUM BIOSAFETY LEVEL , Laboratorium Protein Terapeutik dan Vaksin Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, BioTrends Vol.9 No.2 Tahun 2018

 

 

 

 

About the author

Related Posts

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.