Workshop

WORKSHOP DETEKSI DINI KASUS ANTRAKS PADA MANUSIA DAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN

 

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia sebagai hotspot penyakit zoonotic (Zoonosis) dan penyakit emerging/new-emerging/re-emerging yang menimbulkan ancaman risiko Kesehatan terhadap hewan dan manusia. 70% dari penyakit emerging/new-emerging/re-emerging tersebut juga merupakan zoonosis yang dapat berdampak pada risiko terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).

Antraks merupakan salah satu penyakit zoonotik terabaikan (neglected zoonotic disease) yang masih menjadi isu global dan masih menjadi masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Antraks (Bacillus anthracis) yang secara umum dapat menginfeksi semua hewan homoiterm (berdarah panas) termasuk manusia. Bakteri ini dapat membentuk spora yang tahan terhadap perubahan lingkungan dan dapat bertahan hidup selama 60 tahun di dalam tanah pada kondisi lingkungan yang ekstrim dan sulit dimatikan dengan desinfektan biasa, sehingga sulit untuk dimusnahkan. Kasus antraks pada manusia terakhir dilaporkan pada Juli 2023 di Kab. Gunung Kidul sebanyak 93 kasus positif serologis dengan 3 kematian (CFR 3,2%). Kab. Gunung Kidul Yogyakarta merupakan daerah endemis antraks. Antraks bersifat enzootic dan termasuk re-emerging disease atau penyakit yang dapat berulang kembali dengan tingkat kematian tinggi pada manusia karena tidak terdiagnosis segera.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan atau kewaspadaan dini penyakit antraks dan untuk diagnosis cepat kasus diperlukan perluasan laboratorium rujukan pemeriksa antraks. Perluasan Laboratorium rujukan pemeriksa Antraks dilakukan melalui pelatihan/peningkatan kapasitas petugas melalui On The Job Training deteksi dini kasus antraks dan faktor risiko lingkungan kepada petugas laboratorium di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Tier 4 dengan prioritas wilayah yang kemungkinan ditemukan kasus antraks sesuai dengan daftar laboratorium Kesehatan masyarakat yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 25  Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Menyadari urgensi tersebut, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan  bekerja sama dengan INDOHUN telah melaksanakan kegiatan “WORKSHOP DETEKSI DINI KASUS ANTRAKS PADA MANUSIA DAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN”.

Kegiatan workshop ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan petugas laboratorium kesehatan dalam melakukan pemeriksaan anthrax di laboratorium.

Rangkaian kegiatan ini dilakukan selama tujuh hari pada Minggu hingga Sabtu, 3 – 9 Desember 2023, bertempat di : 

  1. Kampus 2 Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Semarang di Salaman, Kab. Magelang (Jl. Magelang – Purworejo No. 48, Margorejo, Menoreh, Kec. Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56162).
  2. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta (Jl. Imogiri Tim., Grojogan, Wirokerten, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55194).
  3. Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta (Jl. Yogyakarta – Wates No.Km. 27, Gn. Gempal, Giri Peni, Kec. Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55651).

Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari tim Laboratorium dan Surveilans dari berbagai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Tier 4 antara lain : 

  1. BTKLPP Kelas II Ambon
  2. BBTKLPP Yogyakarta
  3. BTKLPP Kelas I Makassar
  4. BBTKLPP Surabaya
  5. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Papua
  6. BTKLPP Kelas I Medan
  7. BTKLPP Kelas I Manado
  8. BTKLPP Kelas I Batam
  9. BTKLPP Kelas I Palembang
  10. BBTKLPP Jakarta
  11. Balai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
  12. Laboratorium Nasional Prof. Dr. Sri Oemijati
  13. BBTKLPP Banjarbaru
  14. KKP Kelas III Yogyakarta
  15. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Aceh
  16. Dit. Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan

Kegiatan ini dibuka dengan laporan dari panitia yang diwakili  INDOHUN oleh Agus Setiawan, S.KM, M.PH, yang memberikan laporan singkat kegiatan terkait penyelenggaraan workshop antraks. Selanjutnya dilaksanakan sambutan dan pidato pembukaan workshop oleh Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemkes) yang diwakilkan oleh Kepala KKP Yogyakarta, dr. Wisnu Trianggono, MPH. Setelah itu, peserta berkesempatan untuk melakukan foto bersama sebagai kenang-kenangan.

Selama 5 hari kegiatan workshop peserta mendapat materi yang relevan dengan deteksi kasus antraks pada manusia dan faktor lingkungannya . Materi – materi yang didapat selama 5 hari mengikuti kegiatan antara lain :

Hari pertama , Kampus 2 Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Semarang di Salaman : 

  1. Antraks – Pendahuluan, Global, Regional, Nasional dan Distribusi, Direktorat P2PM TimKer Zoonosis (drh. Maya Esrawati)
  2. Antraks di Indonesia: Case study Kulonprogo; Kasus pada manusia, Epidemiologi di Indonesia, Pengawasan dan Respons Antraks – Dinkes Kulonprogo – (drg. Th. Baning Rahayujati, M.Kes)
  3. Pendekatan One Health – INDOHUN  (Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama)
  4. Kebijakan Lintas Sektor dalam Pemberantasan Zoonosis, Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit, Kemenko PMK (drh. Rama Prima Syahti Fauzi, M.Si)
  5. Bagaimana mengembangkan jaringan surveilans antraks di Indonesia dan terhubung secara regional, Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit, Kemenko PMK (drh. Rama Prima Syahti Fauzi, M.Si)
  6. Aspek Sosial Budaya dalam Pengendalian Wabah Antraks, Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama

Hari kedua, Kampus 2 Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Semarang di Salaman : 

  1. Penegakan Diagnosis dan Tata Laksana Kasus Manusia, (Dr.dr. Dhani Redhono, Sp.PD-KPTI, FINASIM, FK-UNS)
  2. Pengelolaan spesimen antraks pada kasus manusia, (Dr.dr. Dhani Redhono, Sp.PD-KPTI, FINASIM, FK-UNS)
  3. Peran Lab dalam Investigasi Wabah, dr. Endah Kusumowardani, M.Epid  Surkakes (Surveilans dan Karantina Kesehatan)
  4. Bahaya Kesehatan Bacillus anthracis (patogenitas, host range, dosis infeksi, inkubasi, zoonosis), (Dr. drh. Susan M Noor, MVSc, BRIN)

Hari ketiga, Kampus 2 Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Semarang di Salaman : 

  1. Antraks di Indonesia: Kasus pada Hewan, BBVet Wates (Dr. drh. Ully Indah Apriliana, M. Sc.)
  2. Mendapatkan sampel yang tepat dari lingkungan yang tepat, BBVet Wates (Dr. drh. Sri Handayani, M. Biotech)
  3. Metode mutakhir untuk mendeteksi antraks, BBVet Wates (Dr. drh. Ully Indah Apriliana, M. Sc)
  4. Pertimbangan Biosafety & Biosecurity dalam investigasi dan diagnostik penyakit antraks (pengambilan sampel atau spesimen klinis dan lingkungan, pengiriman, sampai dengan pengujian), Dr. drh. Susan M. Noor, MVSC (BRIN)
  5. Menerima, menangani, menyimpan dan memusnahkan spesimen, (Dewajani Purnomosari, M.Sc., Ph.D)
  6. Teknik dekontaminasi dan disposal melalui Desinfeksi dan Fumigasi, (Dewajani Purnomosari, M.Sc., Ph.D)

Hari keempat, Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta : 

  1. Pembukaan dan Ucapan Selamat Datang, Kepala BBVet Wates (drh. Hendra Wibawa, M. Si., Ph. D)
  2. Safety Information, (Dr. drh. Sri Handayani Irianingsih, M. Sc)
  3. Pemutaran video isolasi Antraks, (drh. Endang Ruhiat, Dr. drh. Ully Indah Apriliana, M. Sc)
  4. Paparan Manajemen Biorisiko oleh BBVet Wates, (Tim BSO – drh. Siwi Susilaningrum didampingi drh. Endang Ruhiat, drh. Bayu Priyo Kartiko)
  5. Paparan Outbreak Investigation oleh BBVet Wates, (drh. Rahmadi, M. Sc.)
  6. Paparan Penyelidikan Epidemiologi oleh Dinkes Kulonprogo, (Dr. drg. Th Baning Rahayujati, M.Kes)
  7. Paparan Penyelidikan Epidemiologi oleh BBTKLP, (Mieng Nova Sutopo, SKM, M.Kes)

Hari kelima, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta : 

  1. Sambutan Ka. BBTKLPP Yogya: dr. Darmawali Handoko, M.Epid
  2. Sambutan Ka Timja SKK dr. Endah Kusumowardani, M.Epid
  3. Mobilisasi ke Laboratorium, Mieng Nova Sutopo, SKM, M.Kes
  4. Kunjungan Lapangan Kesiapan Laboratorium BBTKLPP Yogyakarta dalam Pemeriksaan Spesimen kasus Anthrax pada manusia, INDOHUN dan Tim Labsurv Dit. Surkarkes
  5. Diskusi, dr. Endah Kusumawardano, M.Epid
  6. Penutupan oleh Direktur SKK: Bpk dr. Achmad Farchanny, MKM

Selama periode lima hari yang berlangsung di BAPELKES Semarang, BBVet Wates, dan BBTKLPP Yogyakarta, sebuah workshop bertemakan “Deteksi Dini Kasus Antraks pada Manusia dan Faktor Risiko Lingkungan” sukses dilaksanakan. Peserta workshop antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang antraks, metode deteksi, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko penularan. Selama tiga hari pertama, peserta terlibat dalam sesi materi yang intensif, mencakup aspek-aspek penting terkait antraks, mulai dari gejala klinis hingga teknologi terkini dalam deteksi penyakit tersebut. Sesi interaktif memungkinkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman antar peserta, menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan kolaboratif.

Kemudian, sebagai bagian dari pengalaman praktis, para peserta diajak mengunjungi laboratorium BBVet Wates dan BBTKLPP Yogyakarta. Kunjungan ini memberikan wawasan mendalam tentang proses deteksi antraks secara laboratorium dan memungkinkan peserta untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh dalam lingkungan nyata. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam mendeteksi dan menangani kasus antraks.

Sebagai penutup acara, dilakukan pemberian hadiah kepada tiga peserta dengan nilai post-test tertinggi sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan upaya mereka selama workshop. Harapannya, pengetahuan yang diperoleh dan jaringan yang terbentuk selama kegiatan ini dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya deteksi dini dan penanggulangan kasus antraks di masyarakat. Workshop ini tidak hanya menjadi forum pembelajaran yang bermanfaat tetapi juga memperkuat kolaborasi antar lembaga dalam mendukung kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

About the author

Related Posts

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.